Saturday, March 14, 2009

Fabiona Open House 2009

Pelajar Se-DKI Diajari Mengolah Sampah Organik
Ilustrasi Tiga siswa memasukkan sampah organik ke dalam pot tanaman
Sabtu, 14 Maret 2009 | 10:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 100 siswa dari seluruh SMU se-Jabodetabek ikut ambil bagian dalam kegiatan Bedah Sains Fakultas Biologi yang diselenggarakan Universitas Nasional (Unas) di kawasan Ragunan, Jakarta, Sabtu (14/3).

Ketua Panitia Acara Ikhsan Matondang menyatakan, bedah sains ini mengangkat tema "Mengubah Sampah Menjadi Uang dengan Biologi" dan dimaksudkan sebagai ajang penelitian siswa terhadap proses pendaurulangan sampah organik menjadi pupuk kompos melalui bantuan bakteri pengurai (mikroorganisme).

"Yang pasti kita paham bahwa sampah merupakan tanggung jawab semua orang, termasuk institusi. Setiap siswa yang telah mengikuti bedah sains ini diharapkan melanjutkan hasil studinya untuk lingkungan, pula mengolah sampah-sampah organik menjadi hal bermanfaat, mengubah mainset sampah sebagai momok yang berlebihan," ungkap Ikhsan.

Dalam kegiatan ini, lanjut Ikhsan, pihak panitia telah menyediakan empat jenis laboratorium dengan fungsi yang berbeda. Setiap laboratorium ini diharapkan akan diisi 25 siswa.

Laboratorium Zoologi misalnya akan menjadi wahana bagi para siswa untuk memahami kegunaan cacing tanah dan serangga sebagai pendukung proses pengurai sampah organik. "Selanjutnya siswa menernakkan serangga itu karena sudah mengetahui kegunaannya tanpa melibatkan unsur 'jijik' di dalamnya," terang Ikhsan yang mengadakan bedah sains ini selama tiga tahun.

Sementara di Laboratorium Botani, para siswa akan diberikan pemaparan tentang pertumbuhan tanaman yang menggunakan kompos dan tidak. Ikhsan menjelaskan, perbedaan tanaman yang menggunakan pupuk kompos dengan yang tidak secara fisik tidak terlihat, namun dampaknya lebih kepada unsur kesehatan lingkungan.

"Pakai kompos organik kesehatannya lebih terjamin, lebih pada keamanan produknya. Tidak merusak unsur hara pada tanah meskipun dari kompos nonorganik tumbuhan yang dihasilkan lebih segar dan menarik," ungkap Ikhsan.

Di laboratorium ketiga yakni Lab Kimia, para siswa akan diberikan materi tentang pupuk cair hasil fragmentasi sampah organik, sementara di laboratorium mikrobiologi siswa diajarkan menggunakan alat bernama dekomposer (tabung bekas cat yang diujung bawahnya terdapat keran guna mengalirkan air dari fragmentasi sampah organik) untuk mengubah sampah organik menjadi cairan pengurai.