Thursday, April 23, 2009

Asam amino praktikum

ASAM AMINO

BAB I
PENDAHULUAN
Asam amino merupakan monomer yang menyusun polimer-polimer pada prtein. Asam amino dapat mengalami proses hidrilisis yang menghasilkan hidrolisat protein. Hidrolisat protein didefinisikan sebagai protein yang mengalami degradasi hidrolitik dengan asam atau basa kuat dengan hasil akhir berupa campuran beberapa hasil. Bila hidrolisis dilakukan dengan sempurna maka akan diperoleh hidrolisat yang terdiri dari campuran 18 sampai 20 macam asam amino. Produk akhir dapat berbentuk cair, pasta atau bubuk/tepung yang bersifat higroskopis.
Fungsi hidrolisat protein dapat sebagai penyedap atau sebagai intermedia tes untuk isolasi dan memperoleh asam amino secara individu atau dapat pula untuk pengobatan yaitu sebagai diet untuk penderita pencernaan. Dengan menggunakan teknik kromatografi, berbgai macam asam amino dalam hidrolisat protein dapat diidentifikasi.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
R f= jarak yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat melakukan identifikasi asam amino yang terdapat pada protein hasil hidrolisis (hidrolisat protein) dengan teknik kromatografi lapis tipis.
BAB II
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat :

1. Lempeng KLT
2. Bejana KLT
3. Gelas ukur
4. Oven
5. Botol semprot

Bahan :

1. Hidrolisat protein
2. Beberapa asam amino sebagai standar

3. Pelarut (n-butanol : asam asetat glasial : akuadestilata dalam perbandingan 2:1:1)
4. Larutan ninhidrin 0.3 % dalam aseton

B. Cara Kerja
a. Isi bejana KLT dengan pelarut yang sudah disiapkan setinggi 1.5 cm kemudian ditutup. Biarkan beberapa saat supaya uap pelarut memenuhi ruang bejana tersebut.
b. Siapkan lempeng KLT sebelum digunakan dan dipilih yang baik.
c. Teteskan hidrolisat protein dan asam amino yang sudah diketahui masing-masing berjarak 2 cm dari ujung bawah lempeng. Cara penetesan adalah sebagai berikut : sentuhkan dahulu ujung pipa kapiler yang berisi hidrolisat protein di atas kertas tissu, kemudian barulah di tempat yang sudah ditentukan. Lakukan beberapa kali penetesan sampai agak pekat setelah penetesan pertama kering. Ulangi cara tersebut dengan menggunakan pipa kapiler berisi asam amino yang telah diketahui.
d. Letakkan lempeng KLT dengan hati-hati dalam bejana yang telah berisi pelarut. Posisi lempeng tegak lurus dengan bagian yang berbintik di bawah. Tutup bejana dan biarkan pelarut mengalir ke atas dan jangan dibuka selama pelarut belum sampai pada batas yang telah ditentukan.
e. Keluarkan lempeng keringkan di udara atau dengan alat pengering selama 3-5 menit atau sampai kering benar.
f. Semprot perlahan-lahan permukaan lempeng tersebut dengan larutan Ninhidrin dari jarak ± 45 cm. Lakukan penyemprotan dengan hati-hati dan hindari penyemprotan yang berlebihan.
g. Biarkan mengering 2-3 menit, selanjutnya dikeringkan di dalam oven 100° C selama 2-3 menit sampai muncul bintik-bintik (spot) yang berwarna.
h. Keluarkan lempeng dari oven, dinginkan dan amati serta ukur jarak noda dan hitunglah Rf masing-masing asam amino.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut hasil dan pembahasan dari praktikum asam amino dengan Kromatografi Lapis Tipis.
Jenis Asam Amino Jarak Noda (cm) Rf
Phenilalanin 4,3 0,608
Glisin 1,3 0,188
Glutamat 1,5 2,17
Troptofan 4,7 0,681
Sampel 1 0,8 0,115
Sampel 2 1,3 0,188
Sampel 3 2,0 0,289
Sampel 4 4,4 0,637

Pada praktikum ini, gel silika merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat dikeringkan dan ditambahkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna khas ungu-biru sampai kecoklatan atau kuning.




Sering kali pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan, asam amino yang teridentifikasi adalah sample 2 berupa Glisin dengan Rf 0,188


BAB IV
KESIMPULAN
Pemisahan asam amino yang didapat dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis. Dari percobaan yang dilakukan, hidrolisat protein berupa asam amino yang terindentifikasi adalah Glisin dengan Rf 0,188.

DAFTAR PUSTAKA
Anonima. Kromatografi Lapis Tipis untuk Bioanalisis. http://www.chem-is-
ry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_lapis
_tipis/. Tanggal Akses 24 Maret 2009.
Butani, D.K. 1994. Dictionary of Biology. Goyal Offset Printers. New Delhi
Jalip, Ikna Suyatna. 2009. Penuntun Praktikum Biokimia. Laboratorium Kimia
Universitas Nasional. Jakarta.
Koolman, Jan et al. 2005. Color Atlas of Biochemistry. Georg Thieme Verlag. Stuttgart

No comments: