Thursday, April 23, 2009

PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI MADURA SEBAGAI BAHAN PANGAN UTAMA

PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI MADURA SEBAGAI BAHAN PANGAN UTAMA
Oleh : Moh. Arif Rifqi (073112620150012)

Biologi Jagung
Jagung secara Taksonomi termasuk dalam famili rumput rumputan. Berikut susunan taksonominya :
Kindom : Plantae Divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales Familia : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Dalam reproduksinya, bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif Meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
Kandungan kadungan mulekuler dari jagung adalah sebagai berikut :
• Biji : C11H12O11, Zeaksantin, protein, asam meizenik, asam heksasfor, vitamin B1, B2, dan B6
• Rambut : Potassium nitrat, vitamin K, α-tochopherylquinone, β-sitosterol, sigmasterol, yushushu acid, volatile alkaloid
• Minyak : Linolic acid 50%, Oleic acid 37 %, palmitic acid 10%, dan stearic acid 3%.(Sukarsono, 2003)
Dari sumber lain ada juga yang menambahkan alkaloid dan banyak kalium (Sastromidjojo, 2001).



Jagung sebagai Makanan Pokok di Madura
Madura merupakan salah satu suku terbesar di Jawa Timur, dimana pulau yang dihuninya juga bernama Madura. Terletak sangat berdekatan dengan Surabaya dan Bali. Secara kebudayaan, Madura sangat banyak menyimpan kekayaan cultural dan masih terpelihara dan potensi wisata yang menarik. Salah satu yang unik dari msyarakat madura adalah pemanfaatan jagung sebagai bahan pangan utama. Secara tidak sengaja, mereka tidak menggantungkan diri pada pangan beras. Selain di Madura, di Nusa Tenggara Barat juga melakukan hal yang sama.
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak digemari oleh masyarakat. Sebab, selain rasanya yang enak, tanaman ini juga mudah dirawat dan banyak bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Apalagi, belakangan ini jagung diketahui dapat berpotensi sebagai bahan baku Biofuel. Tanaman jagung mudah diperoleh di banyak tempat. Apalagi di pedesaan. Malah, belakangan ini semakin marak diproduksi tanaman jagung hibrida yang dapat menghasilkan jagung dengan kulaitas dan kuantitas yang besar.
Selain itu juga, jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung di Indonesia adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Khususnya di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya. Di Indonesia pada tahun 2004 produksinya baru 11,225 juta ton, pada 2005 meningkat menjadi 12,52 juta ton. Dan prediksi untuk tahun 2006 diperkirakan 12,13 Juta ton (Purba, 2008).
Masyarakat Madura, yang dibagi dalam empat wilayah di Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep telah mengonsumsi jagung sebagai makanan pokok mereka selama berabad-abad. Dalam penyajiannya, jagung dihaluskan untuk dijadikan beras alias beras jagung. Maksudnya, beras jagung dimasak menjadi nasi jagung.
Bertahannya jagung sebagai makanan pokok hingga sekarang, meski pemerintah pernah menerapkan politik pangan perberasan, ada alasannya tersendiri. Beras bagi masyarakat Madura masih dianggap makanan pokok kedua yang belum bisa menggantikan posisi jagung. Meskipun ada juga sebagian kecil warga yang menanak beras jagung dicampur beras putih (padi).
Pemanfaatan beras sebagai menu utama di Madura biasanya hanya diberikan kepada tamu yang berasal dari jauh (misalkan dari daerah lain atau mungkin dari Jawa) sebagai bentuk penghormatan. Juga, dipakai ketika ada perayaan-perayaan berbentuk apa saja.
Tidak populernya beras jika dibandingkan dengan jagung dalam struktur makanan masyarakat Madura bukan disebabkan tidak ketersediaan beras yang bisa diproduksi di sana. Sebab, secara turun-temurun sistem pertanian di sana justru dimulai dengan penanaman padi (biasanya pada September). Setelah padi dipanen, dilanjutkan dengan menanam jagung, kemudian disusul dengan menanam kedelai atau kacang hijau. Tanaman terakhir adalah tembakau.
Budayawan Madura, Syaifuddin Miftah, mengatakan melimpahnya panen tanaman pangan jagung jika dibandingkan dengan beras pada akhirnya menjadikan sebagian warga Madura terbiasa mengonsumsi nasi jagung sebagai makanan pokoknya.
Pada masa penjajahan Belanda, hasil panen padi yang sedikit hanya dinikmati penjajah dan pejabat negara di Madura. Sementara itu, kalangan petani dan masyarakat bawah hanya bisa menikmati jagung dari hasil pertanian mereka sendiri.
Apalagi pada kenyataannya politik perberasan pemerintah dalam perjalanannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Kondisi itu, kata Syaifuddin, berlangsung hingga era 80-an. Harga beras yang mahal ketika itu menjadikan sebagian warga Madura memilih tetap mengonsumsi nasi jagung. "Mereka hanya bisa menikmati nasi putih hanya pada waktu-waktu tertentu. Biasanya hanya ketika ada hajatan atau saat Lebaran saja," jelasnya.
Jadi, kebiasaan makan nasi jagung pada masyarakat Madura bukan sekadar untuk menghemat karena mahalnya harga beras. Apalagi saat ini, harga jagung giling bisa lebih mahal daripada harga beras kelas tertentu. Pilihan memakan nasi jagung sudah merupakan pilihan masyarakat Madura yang berhasil dilestarikan secara turun-temurun.
Bagi mereka, yang mencampur beras (padi) dengan jagung saat menanak merupakan sebuah keharusan, karena selain dianggap lebih nikmat, lebih mengenyangkan.
Mereka tetap membuat nasi jagung untuk dikonsumsi. Nasi jagung, menurut Syaifuddin, sudah menjadi identitas yang menunjukkan mereka adalah bagian dari suku Madura. Ia memastikan kebiasaan masyarakat Madura mengonsumsi nasi jagung tidak akan hilang.
Bahkan, di beberapa warung dan acara hajatan, hidangan berupa nasi jagung bukan lagi hal yang asing dan sudah biasa disajikan.
Kepala Kantor Urusan Ketahanan Pangan (KUKP) Pamekasan Bambang Suprayogi menyatakan meski warga di beberapa kecamatan di kabupaten itu kebanyakan mengonsumsi nasi jagung, bukan berarti telah terjadi kerawanan pangan. Ia memberi alasan, mengonsumsi nasi jagung merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat Madura. (Media Indonesia, 20 September 2008)
Karena itu, kebiasaan warga mengonsumsi jagung menjadikan petani tradisional di Madura tidak mau beralih ke tanaman lainnya. Tidak hanya di tegalan, di areal persawahan pun petani menanam jagung. Bahkan tanaman itu sering kali dijadikan pagar hidup tanaman tembakau mereka saat musim kemarau.
Meski sejak beberapa tahun terakhir pemerintah menjalankan program beras untuk warga miskin yang dijual sangat murah, sebagian warga tetap memilih mencampur beras mereka dengan jagung meski harga jagung giling lebih mahal.
Data dari dinas pertanian dan tanaman pangan empat kabupaten di Madura menunjukkan produksi jagung dari tahun ke tahun tidak mengalami penurunan signifikan jika dibandingkan dengan tanaman padi. Total produksi jagung di Madura setiap tahunnya mencapai 63 ribu hingga 70 ribu ton.
Produksi jagung itu seluruhnya untuk konsumsi di Madura dan tidak dijual ke luar daerah karena jumlah tersebut masih belum cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan warga. Produksi jagung lokal diperkirakan hanya mampu memenuhi 70% dari total kebutuhan jagung di Madura.
Bahkan menurut Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pamekasan Abdurrasyid, ada kecenderungan para petani lebih memilih tanaman jagung daripada padi saat musim penghujan karena tanaman tersebut lebih mudah perawatannya dan mudah penjualan hasil panennya (Media Indonesia, 20 September 2008).
Namun, pilihan petani masih tetap menanam jagung lokal daripada menanam jagung bibit unggul. Hal itu karena jagung tersebut hanya akan digunakan untuk kepentingan konsumsi mereka (nasi jagung), bukan untuk dipergunakan keperluan lainnya.
Jagung asli Madura memiliki kadar air yang tidak terlalu tinggi sehingga lebih tahan lama dan tidak mudah rusak. Selain itu, rasanya lebih manis dan saat digiling tidak terlalu banyak menghasilkan serbuk seperti jagung dari luar Madura.
Karena itu, meski saat ini banyak sekali produk jagung bibit unggul bahkan bibit padi unggul yang menjanjikan keuntungan berlipat, sulit bagi petani Madura berpaling dari menanam jagung lokal. Menurut Syaifuddin, nilai-nilai budaya lokal masyarakat Madura yang kuat itulah yang tetap mempertahankan jagung sebagai makanan utamanya.


Daftar Pustaka
Media Indonesia. http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MzE2MjA. Edisi 20
September 2008. Tanggal akses 07 Januari 2009.
Purba, Frans Hero K. Tt. Peningkatan Peluang Ekspor Agribisnis Jagung Indonesia.
http://agribisnis.net/index.php?files=Berita_Detail&id=385. Tanggal akses 07 Januari
2009.
Tp. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Tanggal akses 07 Januari 2009
Sastromidjojo, Seno. 2001. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat. Jakarta
Slamet. Tt. Ayo Berlaih ke Hibrida.
http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=7&aid=1344. Tanggal akses 07
Januari 2009.
Sukarsono, dkk. 2003. Tumbuhan untuk Pengobatan. Umm Press. Malang.

2 comments:

Anonymous said...

rantanie.blogspot.com is very informative. The article is very professionally written. I enjoy reading rantanie.blogspot.com every day.
payday loans ontario
payday loans online

rosihan said...

Ya....sekarang tanaman jagung bukan menjadi makanan pokok lagi semenjak "keberhasilan" pemerintah dalam revolusi hijau. So orang "dipaksa" makan beras ya....